Sebuah pasar tradisional yang berlokasi di Tangerang Selatan, Banten, tepatnya di belakang Plaza Ciputat, terlihat kumuh, kotor disertai bau tak sedap, meski lokasi pasar terbilang cukup strategis namun tampak terisolasi dari keramaian orang, harga yang serba murah di pasar ini tak cukup memikat para pengunjung untuk berbelanja sehingga pasar menjadi sepi, meskipun beragam jenis kebutuhan dapur komplit di pasar ini, seperti sayur-mayur, ikan, daging, aneka buah-buahan dan lain-lain.
Sederet pedagang kaki lima tampak menghiasi halaman depan dan samping pasar, beragam makanan tersaji seperti bakso, mie ayam, lontong sayur dan lain-lain. Pengunjung pasar ini mayoritas ibu rumah tangga untuk berbelanja kebutuhan dapur. Namun para pengunjung pasar hanya berkisar puluhan orang setiap harinya, masyarakat sekitar jarang ke tempat ini lantaran kondisi pasar tidak memenuhi standar kelayakan, kotor disertai bau tak sedap.
Pasar ini juga menjadi lokasi yang selalu dilewati anak-anak sekolah, baik berangkat maupun pulang dari sekolah, mereka kerap mampir ke tempat ini untuk membeli jajanan, seperti bakso, mie ayam, lontong sayur dan lain-lain. Namun mereka terlihat kurang ceria, lesu lantaran sampah tergeletak menghiasi pasar, sampah sayur-mayur dan sampah buah-buahan yang sudah membusuk, serta sampah makanan yang tidak dihabiskan atau makanan sisa membuat pasar kotor dan bau.
Sampah-sampah berceceran di halaman depan pasar disepanjang jalan tempat kaki lima berjualan. Meski lokasi pasar ada di ruang terbuka hijau, namun para pengunjung tidak dapat menikmati di pasar ini. Air comberan bekas air cuci piring, mangkok dan gelas mengalir ke dataran rendah sekeliling pasar, bercampur dengan sampah makanan yang tidak dihabiskan atau sisa makananan sehingga kondisi pasar menjadi kotor dan bau.
Cerita Anak Sekolah tentang Kondisi Pasar Ciputat
Perilaku ramah lingkungan mestinya dicontohkan oleh pengelola pasar dan pedagang dengan cara menyediakan fasilitas kebersihan seperti tempat sampah agar semua pengunjung tidak membuang sampah sembarangan. Sampah sisa makanan, sisa sayur mayur dan buah-buahan yang sudah busuk dibuang ke sembarang tempat, karena wadah sampahnya tidak ada, kata sebagian pengunjung pasar, Ibu Rumyati (45).
Pengelola pasar, pedagang, dan pengunjung tak peduli dengan kondisi pasar tersebut, budaya kotor terus dipelihara di tempat ini, acuh terhadap kebersihan pasar. Tidak ada tempat sampah untuk memilah sesuai dengan jenis sampah, wadah sampah di pasar ini tidak ada.
Seorang siswi SMA bercerita bahwa setiap pulang sekolah ia selalu merasa lelah dan lapar sehingga butuh membeli jajanan meski terkadang selera makannya kurang nafsu lantaran tercium bau tidak sedap di halaman pasar, namun apa boleh buat orang tuanya belum datang kerja sehingga makanan di rumah tidak belum tersedia.
Pelajar yang kerap mampir untuk jajan di pasar ini merasa kesulitan buang sampah karena tidak ada tempat sampahnya, sehingga ia terpaksa membawa sampahnya ke tempat penampungan sampah sementara di sebelah pojok pasar. Mungkin sebagian pengunjung juga mengalami kesulitan yang sama membuang sampah. Santi berharap agar masing-masing para pedagang kaki lima menyediakan sendiri tempat sampah supaya pengunjung yang mau jajan tidak kesulitan membuangnya, utamanya bagi pengelola pasar itu sendiri.
Selain itu, Santi juga merasa risih pada pengunjung yang membuang sampah sembarangan di pinggir jalan, namun dia tidak dapat berbuat apa-apa. Seandainya ada cara untuk mengubah perilaku pembuang sampah sembarang, Santi berminat untuk terlibat dalam program pembinaan perilaku pengunjung pasar, tutur Santi.
Menumbuhkan Perilaku Ramah Lingkungan di Pasar Ciputat Melalui Sarana Penyediaan Fasilitas Kebersihan
Penyedia fasilitas/pengelola pasar di tempat ini tidak memperhatikan kebersihan pasar dengan cara memberikan pengarahan pada semua pedagang dan pengunjung untuk berperilaku ramah lingkungan agar tidak membuang sampah sembarangan dengan cara menyediakan tempat sampah di pasar.
Pasar ini tidak menyediakan tempat sampah, juga tidak menyediakan instalasi pengolah sampah komposter baik melalui kemitraan atau mengadakan instalasi pengolah sampah komposter sendiri. Padahal itu dibutuhkan sebagai pengolah sampah seperti sayur mayur dan buah-buahan yang sudah busuk sehingga tidak menimbulkan bau tak sedap di pasar.
Standar pelayanan masyarakat di fasilitas publik seperti di pasar tradisional ini perlu perhatian dari pengelola, kemudian di rekomendasikan ke pedagang dan pengunjung agar kebersihan pasar tetap terjaga. Wawasan dan kesadaran ramah lingkungan perlu di praktekkan sesuai dengan standar dan kriteria sehingga semua pengunjung akan merasa terpandu menjaga kelestarian lingkungan, lingkungan tetap bersih dan asri.
Foto : http://palapanews.com/2015/10/06/ini-aset-aset-yang-mau-diserahkan-ke-tangsel/
Comments are closed