Nama : Deraya Sandika Ratri (Kedua dari kiri)
Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 2 Januari 1994
Facebook : Deraya Sandika
Anggota tim : Claudia Cecaerina Bawias, Shinta Morina, Naomi Aprilianda.
Deraya telah menyelesaikan studi di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Yogyakarta, dan diwisuda pada tanggal 25 Februari 2017 yang lalu. Perempuan dengan nama lengkap Deraya Sandika Ratri ini, sekarang sedang menunggu panggilan kerja dan merintis usaha dengan beberapa teman. Ia dan 3 orang temannya membuat sebuah produk tas, dompet, dan barang sejenis lainnya dengan mengombinasikan kain kanvas dengan anyaman pandan lokal. Kami menamai produk kami dengan brand ‘DJIMA’. Kata ‘DJIMA’ sendiri berasal dari seorang Ibu bernama Mbah Djimah yang merupakan penganyam pandan sekaligus penyuplai bahan untuk produk DJIMA.
Deraya mengikuti sayembara ini bersama 3 teman kuliah di UKDW, yaitu Claudia Cecaerina Bawias, Shinta Morina, dan Naomi Aprilianda. Motivasi mereka mengikuti sayembara desain toilet adalah untuk mendapatkan pengalaman berkompetisi di tingkat nasional, serta untuk mengetahui bagaimana cara mendesain toilet yang baik dan benar. Dalam pengerjaan karya lomba, ada beberapa rintangan.
1. Mendapatkan data di lapangan
Setelah resmi mendaftarkan diri sebagai peserta, Deraya dan tim mendapatkan pilihan desain toilet pada kategori pasar tradisional. Pada saat itu mereka memilih studi kasus Pasar Tradisional Beringharjo karena pengalaman buruk yang pernah mereka rasakan saat menggunakan toilet di sana sewaktu berbelanja. Untuk mendapatkan data seperti jumlah pengguna pasar, sistem utilitas toilet umum di sana, mereka harus meminta izin ke Dinas Perizinan dan memakan waktu yang lama, dan waktu mengurus hal perizinan tidak cukup dengan batas pengumpulan karya. Maka dari itu mereka akhirnya harus melakukan survey berkali-kali, wawancara dengan beberapa pengguna toilet, dan mendapatkan data dari beberapa jurnal terpercaya di internet.
2. Pemahaman sistem sanitasi dan pengolahan limbah toilet
Untuk mendesain toilet, mereka harus memahami beberapa hal yang berkaitan dengan sistem toilet, dan salah satu kriteria yang diberikan oleh panitia adalah penggunaan energi terbarukan. Karena background mereka berempat dari bidang arsitektur, maka mereka mendatangi seorang dosen Jurusan Bioteknologi UKDW untuk mendapatkan beberapa ilmu pengetahuan, terutama sistem wetland yang mereka terapkan di dalam desain. Walaupun sudah belajar dari ahlinya, tapi mereka mengaku cukup merasa kesulitan untuk memahami perhitungan untuk luasan wetland.
3. Waktu pengerjaan
Karena Deraya berdomisili di Sidoarjo dan ketiga temannya berada di Yogyakarta, mereka jarang berdiskusi secara langsung. Namun, berdiskusi lewat sosial media juga dirasa kurang efektif. Jadi waktu diskusi dan pengerjaan dilakukan sangat singkat. Mereka baru dapat mendaftar pada hari terakhir pendaftaran. Bahkan, satu hari sebelum pengumpulan pun mereka sempat begadang untuk menyelesaikan panel.
Beberapa proses dan rintangan tersebut berhasil mereka lewati, dan perasaan puas mereka rasakan saat berhasil mengirikan karya tepat waktu, lolos ke tahap dua, bahkan menjadi pemenang pada kategori Pasar Tradisional. Perasaan Deraya sungguh campur aduk saat menerima penghargaan, antara senang dan tidak percaya. Setelah menerima penghargaan, Deraya dan tim mengevaluasi lagi desain yang mereka buat, ternyata desain mereka juga tidak kalah baik dengan peserta lainnya. Desain mereka sudah memenuhi semua kriteria yang telah diberikan oleh panitia dan sangat mudah untuk direalisasikan.
Sayembara ini membuat Deraya dan timnya semakin semangat dan percaya diri untuk terus berkarya lagi. Setelah ini, Deraya berencana untuk mengikuti sayembara lagi selagi menunggu panggilan pekerjaan. Deraya pun berharap sayembara ini tetap diadakan tiap tahun untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk dapat mendesain dan menambah ilmu tentang toilet dan sanitasi yang baik dan benar.
Info mengenai desain dapat dilihat di Pemenang Sayembara Desain Toilet Umum Pasar Rakyat
Comments are closed