Jakarta – (12/08/2024) Badan Standarisasi Nasional (BSN)-Komite Akreditasi Nasional (KAN) menyelenggarakan kegiatan Festival Infrastruktur Mutu Nasional (FIMN) 2024 di Assembly Hall Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan sekaligus membuka FIMN adalah Seminar Temu Nasional Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian 2024 dengan tema “Empowering Tomorrow and Shaping The Future”. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk penguatan Insfrastruktur Mutu Nasional. Acara ini dihadiri oleh sekitar 2.000 orang baik secara luring maupun daring. Turut hadir selaku anggota KAN Council yakni Yeri Permata Sari, Kepala Pusat Fasilitasi Penerapan Standar Instrumen LHK, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Eka Purnamasari dari Kementerian Kesehatan, Metheus Hendro Purnomo dari Kementerian Perdagangan, Sri Bimo Pratomo dari Kementerian Perindustrian, Sri Hartini mewakili Profesi Laboratorium Medik, Adi Rusmanto mewakili Profesi Surveyor, Prih Sarnianto mewakili Profesi Laboratorium, Waluyo mewakili Profesi Sistem Manajemen, Budi Susanto mewakili Profesi Laboratorium, M. Singgih mewakili Profesi Sertifikasi Person, Arief Safari sebagai Perwakilan Konsumen, Zainal Abidin mewakili Profesi Metrologi, I Nyoman Susila mewakili Profesi Sertifikasi, R. Didie B. Tedjosumirat mewakili Profesi Inspeksi, dan Supandi dari Asosiasi Standardisasi.

Kukuh S. Achmad selaku Kepala BSN dalam sambutannya menyampaikan bahwa standar harus bisa berdampingan dengan inovasi demi memfasilitasi produk hasil inovasi untuk dapat diproduksi secara massal dan berkualitas sehingga memenuhi persyaratan pasar serta memperkuat efisiensi sistem produksi nasional. Hasil survey United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) pada Tahun 2022 menunjukkan Indonesia berada di peringkat ke-34, urutan ke-2 diantara negara ASEAN, sementara Global Quality Infrastructure Index (GQII) Technical Report Tahun 2024 menyatakan bahwa pada Tahun 2023, tingkat perkembangan infrastruktur mutu Indonesia berada pada peringkat ke-27 di Dunia, atau peringkat ke-16 dari negara anggota G20. Capaian-capaian ini perlu dijaga dan ditingkatkan mengingat kontribusi standar yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kukuh menyampaikan bahwa berdasarkan riset Center for Economics and Business Research (Cebr) yang bekerjasama dengan International Organization for Standardization (ISO), standardisasi di Indonesia berkontribusi pada 14,5% dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada Tahun 2019, atau setara dengan Rp85 triliun dari Rp590 triliun.

Sesi selanjutnya dilakukan 4 (empat) kali prosesi penandatanganan perjanjian kerjasama. Penandatanganan perjanjian kerjasama pertama adalah antara BSN dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang ditandangani oleh Kukuh S. Achmad selaku Kepala BSN dan Laksana Tri Handoko selaku Kepala BRIN, terkait sinergi program riset dan inovasi dengan program standardisasi. Penandatanganan perjanjian kerjasama kedua adalah antara BSN dengan Kementerian Pertahanan RI yang ditandangani oleh Donny Purnomo J. E. selaku Sekretaris Utama BSN dan Heru Sudarminto selaku Kepala Badan Litbang Kementerian Pertahanan RI, mengenai standardisasi dan penilaian kesesuaian kegiatan litbang di bidang pertahanan negara. Penandatanganan perjanjian kerjasama ketiga adalah antara BSN dengan Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri, Kementerian Perindustrian, yang ditandangani oleh Donny Purnomo J. E. selaku Sekretaris Utama BSN dan Andi Rizaldi selaku Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri, tentang pengawasan dan asesmen Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK). Penandatanganan perjanjian kerjasama terakhir adalah antara BSN dengan Indonesia Software Testing Board (IDSTB), yang ditandangani oleh Donny Purnomo J. E. selaku Sekretaris Utama BSN dan Aditya Mirza Bahari selaku Presiden IDSTB, terkait pengembangan dan penerapan standar serta penilaian kesesuaian di bidang perangkat lunak. Sesi ditutup dengan prosesi pemberian sertifikat akreditasi kepada sepuluh LPK.

Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi panel yang diisi oleh 3 (tiga) panelis yaitu 1) Christian Schoen dari Physikalisch-Technische Bundesanstalt (PTB), sebuah institut metrologi nasional di Jerman, 2) Wang Jue dari State Administration of Market Regulation – China Quality Certification (SAMR-CQC), badan sertifikasi mutu di Tiongkok, 3) Donny Purnomo J. E. dari BSN/KAN. Christian menyampaikan bagaimana infrastruktur mutu yang baik dapat menciptakan harmonisasi antara regulasi teknis, standardisasi dan inovasi industri di Jerman sehingga tercapai produk berkualitas dunia. Sedangkan Wang menjelaskan penilaian kesesuaian menjadi salah satu komponen terpenting untuk memastikan mutu dan mengarahkan pengembangan industri di Tiongkok. Donny mengingatkan bahwa Indonesia jangan berpuas diri dengan peningkatan peringkat infrastruktur mutu nasional tetapi harus diiringi dengan melakukan perbaikan terus menerus.

Rangkaian kegiatan Temu Nasional Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian 2024 kemudian ditutup oleh Sekretaris Utama dan Plt. Deputi Bidang Akreditasi BSN, Donny Purnomo J. E.

Categories:

Tags:

Comments are closed

PENERAPAN DAN PENILAIAN KESESUAIAN SPM-FP
Penerapan dan Penilaian Kesesuaian SPM-FP
SPMFP2-01
BATIK DARLINGKU
Bimbingan Teknis Elektronik Standardisasi Lingkungan dan Kehutanan
batikdarlingku